1. Strategi dakwah Rasulullah SAW di Makkah
a. Masyarakat Makkah Pada Awal Penyebaran Islam
Masyarakat
Makkah pada awal kenabian Muhammad SAW dikenal dengan sebutan
jahiliyah, yakni masyarakat yang tidak mengenal Tuhan yang sebenarnya sebab
patung dan batu menjadi sembahan tuhan mereka dan mereka hidup dalam
kegelapan terutama yang berkaitan dengan akhlak dan moral. Masyarakat Arab
waktu itu sudah menyimpang jauh dan ajaran agama Tauhid, yang telah
diajarkan oleh para rasul terdahulu, seperti Nabi Ibrahim A.S. Mereka
umumnya beragama watsani atau agama penyembah berhala. Berhala-berhala yang mereka puja itu mereka letakkan di Ka’bah (Baitullah =
rumah Allah SWT) yang jumlahnya mencapai 300 lebih. Di antara
berhala-berhala yang termashyur bernama: Ma’abi, Hubal, Khuza’ah, Lata,
Uzza, dan Manat. Kebiasaan buruk lainnya dalam masyarakat jahiliyah
adalah suburnya tindak kejahatan, perjudian, mabuk-mabukan, pertikaian
antar suku, saling membunuh bahkan mengubur bayi perempuan yang masih
hidup menjadi kebiasaan mereka. Tatanan kehidupan masyarakat tidak
berjalan, yang berlaku hanyalah hukum rimba, siapalah yang kuat dia yang
berkuasa dan siapa yang menang dia yang berkuasa. Mereka sudak tidak
menjadikan ajaran para nabi terdahulu sebagai pedoman hidupnya. Selain
itu ada pula sebagian masyarakat Arab jahiliyah yang menyembah malaikat
dan bintang yang dilakukan kaum Sabi’in serta menyembah matahari,
bulan, dan jin yang diperbuat oleh sebagian masyarakat di luar kota
Mekah. Dalam situasi inilah Allah SWT mengutus nabi Muhammad SAW untuk menyampaikan dakwah ajaran Islam.
b. Substansi dan strategi dakwah Rasulullah Saw Periode Makkah
1) Substansi dakwah Rasulullah SAW
Substansi ajaran Islam periode Makkah, yang didakwahkan Rasulullah SAW di awal kenabiannya adalah sebagai berikut :
a) Keesaan Allah SWT
Islam
mengajarkan bahwa pencipta dan pemelihara alam semesta adalah Allah
SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Allah SWT tempat bergantung segala apa saja
dan makhluk-Nya, tidak beranak dan tidak diperanakkan, serta tidak ada
selain Allah SWT, yang menyamai-Nya (baca dan pelajari QS. A1-Ikhlas, 112: 1-4).
Umat
manusia harus beribadah atau menghambakan diri hanya kepada Allah SWT.
Beribadah atau menyembah kepada selain Allah SWT, termasuk ke dalam
perilaku syirik, yang hukumnya haram, dan merupakan dosa yang paling
besar (lihat Q.S An-Nisa’, 4: 48).
b) Hari Kiamat sebagai hari pembalasan
Islam mengajarkan bahwa mati yang dialami oleh setiap manusia, bukanlah akhir kehidupan, tetapi merupakan awal dari kehidupan yang panjang, yakni kehidupan di alam kubur dan di alam akhirat.
Manusia
yang ketika di dunianya taat beribadah, giat beramal saleh, dan
senantiasa berbudi pekerti yang terpuji, tentu akan memperoleh balasan
yang menyenangkan. Di alam kubur akan memperoleh berbagai kenikmatan dan
di alam akhirat akan ditempatkan di surga yang penuh dengan hal-hal
yang memuaskan. Tetapi manusia yang ketika di dunianya durhaka kepada
Allah SWT dan banyak berbuat jahat, tentu setelah matinya akan mendapat
siksa kubur dan dicampakkan ke dalam neraka yang penuh dengan berbagai
macam siksaan. (Baca dan pelajari Q.S. Al-Qari’ah, 101: 1-11)
c) Kesucian jiwa
Islam
menyerukan umat manusia agar senantiasa berusaha menyucikan jiwanya dan
melarang keras mengotorinya. Seseorang dianggap suci jiwanya apabila
selama hayat di kandung badan senantiasa beriman dan bertakwa atau
meninggalkan segala perbuatan dosa, dan dianggap mengotori jiwanya
apabila durhaka pada Allah SWT dan banyak berbuat dosa.
Sungguh beruntung orang yang senantiasa memelihara kesucian jiwanya, dan alangkah ruginya orang yang mengotori jiwanya (baca Q.S. Asy-Syams, 91: 9-10).
قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا ﴿٩﴾ وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا ﴿١٠﴾
Artinya : “Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”.
d) Persaudaraan dan Persatuan
Persaudaraan mempunyai hubungan yang erat dengan persatuan, bahkan persaudaraan landasan bagi terwujudnya persatuan.Islam
mengajarkan bahwa sesama orang beriman adalah bersaudara. Mereka
dituntut untuk saling mencintai dan sayang-menyayangi, di bawah naungan
rida Ilahi. Rasulullah SAW bersabda: “Tidak dianggap beriman seorang Muslim di antara kamu, sehingga ia mencintai saudaranya, seperti rnencintai dirinya.” (H.R. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasa’i).
Selain
itu sesama umat Islam, hendaknya saling menolong dalam kebaikan dan
ketakwaan, jangan sekali-kali tolong-menolong dalam dosa serta
permusuhan. Jangan saling menganiaya dan jangan pula membiarkan
saudaranya yang teraniaya tanpa diberikan pertolongan. Sedangkan umat
Islam yang mampu disuruh untuk memberikan pertolongan kepada saudaranya
yang du’afa, yakni para fakir miskin dan anak-anak yatim telantar (baca
dan pelajari Q.S. Al-Ma’un, 107: 1-7).
2) Strategi dakwah Rasulullah SAW.
Tujuan
dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar masyarakat Arab
meninggalkan kejahiliahannya di bidang agama, moral, dan hukum. Sehingga
menjadi umat yang meyakini kebenaran kerasulan Nabi Muhammad SAW dan
ajaran Islam yang disampaikannya, kemudian mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Jika masyarakat Arab telah mengamalkan seluruh
ajaran Islam dengan niat ikhlas karena Allah SWT dan sesuai dengan
petunjuk-petunjuk Rasulullah SAW, tentu mereka akan memperoleh
keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat.
Adapun strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai tujuan
yang luhur tersebut sebagai berikut:
a) Dakwah secara sembunyi-sembunyi selama 3-4 tahun.
Cara
ini ditempuh oleh Rasulullah SAW karena beliau begitu yakin, bahwa
masyarakat Arab jahiliah, masih sangat kuat mempertahankan kepercayaan
dan tradisi warisan leluhur mereka. Sehingga mereka bersedia berperang
dan rela mati dalam mempertahankannya. Pada masa dakwah secara
sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeru untuk masuk Islam,
orang-orang yang berada di lingkungan rumah tangganya sendiri dan
kerabat serta sahabat dekatnya. Mengenai orang-orang yang telah memenuhi
seruan dakwah Rasulullah SAW tersebut adalah : Khadijah binti Khuwailid
(istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian), Ali bin Abu
Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah dengannya,
waktu masuk Islam ia baru berusia 10 tahun), Zaid bin Haritsah (anak
angkat Rasulullah SAW, wafat tahun 8 H = 625 M), Abu Bakar Ash-Shiddiq
(sahabat dekat Rasulullah SAW, yang hidup dan tahun 573 - 634 M), dan
Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah SAW pada waktu kecil).
Sesuai
dengan ajaran Islam, bahwa berdakwah bukan hanya kewajiban Rasulullah
SAW, tetapi juga kewajiban para pengikutnya (umat Islam), maka Abu Bakar
Ash-Shiddiq, seorang saudagar kaya, yang dihormati dan disegani banyak
orang. Karena budi bahasanya yang halus, ilmu pengetahuannya yang luas,
dan pandai bergaul telah meneladani Rasuliillah SAW, yakni berdakwah
secara sembunyi-sembunyi.
Usaha
dak’wah Abu Bakar Ash-Shiddiq berhasil karena ternyata beberapa orang
kawan dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah :
(1) Abdul
Amar dari Bani Zuhrah, Abdul Amar berarti hamba milik si Amar. Karena
Islam melarang perbudakan, kemudian nama itu diganti oleh Rasulullah SAW
menjadi Abdurrahman bin Auf, yang artinya hamba Allah SWT Yang Maha
Pengasih.
(2) Abu Ubaidah bin Jarrah dan Bani Hari.
(3) Utsman bin Affan.
(4) Zubair bin Awam.
(5) Sa’ad bin Ahu Waqqas.
(6) Thalhah bin Ubaidillah.
Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang namanya sudah disebutkan di atas disebut Assabiqunal Awwalun (pemeluk Islam generasi awal).
b) Dakwah Secara terang-terangan
Dakwah
secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian,
yakni setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar dakwah
itu dilaksanakan secara terang-terangan. Wahyu tersebut berupa ayat
Al-Qur’an Surah 26: 214-216 (coba kamu cari dan pelajari).
Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain sebagai berikut :
1) Mengundang
kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan
dan mengajak mereka agar masuk Islam. Tetapi karena cahaya hidayah Allah
SWT waktu itu belum menyinari hati mereka, mereka belum menerima Islam
sebagai agama mereka. Namun ada 3 orang kerabat dari kalangan Bani
Hasyim yang sebenarnya sudah masuk Islam, tetapi merahasiakan
keislamannya, pada waktu itu dengan tegas menyatakan keislamannya.
Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid bin
Haritsah.
2) Rasulullah
SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang berada dan
bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul Bukit Shafa, yang
letaknya tidak jauh dan Ka’bah. Rasulullah SAW memberi peringatan kepada
semua yang hadir agar segera meninggalkan penyembahan terhadap
berhala-berhala dan hanya menyembah atau menghambakan diri kepada Allah
SWT, Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta dan Pemelihara alam semesta.
Rasulullah SAW juga menegaskan, jika peringatan yang disampaikannya itu
dilaksanakan tentu akan meraih rida Ilahi bahagia di dunia dan di
akhirat. Tetapi apabila peringatan itu diabaikan tentu akan mendapat
murka Allah SWT, sengsara di dunia dan di akhirat.
Menanggapi
dakwah Rasulullah SAW tersebut di antara yang hadir ada kelompok yang
menolak disertai teriakan dan ejekan, ada kelompok yang diam saja lalu
pulang. Bahkan Abu Lahab, bukan hanya mengejek tetapi berteriak-teriak
bahwa Muhammad orang gila, seraya ia berkata “Celakalah engkau Muhammad,
untuk inikah engkau mengumpulkan kami?” Sebagai balasan terhadap
kutukan Abu Lahab itu turunlah ayat Al- Qur’an yang berisi kutukan Allah
SWT terhadap Abu Lahab, yakni Surat Al-Lahab, 111: 1-5 (coba kamu cari
dan pelajari ayat Al-Qur’an tersebut).
Pada
periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah menyatakan diri
masuk Islam dua orang kuat dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu
Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) dan Umar bin Khattab. Hamzah
bin Abdul Muthalib masuk Islam pada tahun ke-6 dari kenabian sedangkan
Umar bin Khattab (581-644 M), tidak lama setelah sebagian kaum Muslimin
berhijrah ke Habasyah atau Ethiopia pada tahun 615 M.
3) Rasulullah
SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di luar kota
Mekah. Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang masuk
Islam antara lain :
(a) Abu
Zar Al-Giffari, seorang tokoh dan kaum Giffar, yang bertempat tinggal
di sebelah barat laut Mekah atau tidak jauh dari laut Merah, menyatakan
diri di hadapan Rasulullah SAW masuk Islam. Keislamannya itu kemudian
diikuti oleh kaumnya.
(b) Tufail
bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus yang
bertempat tinggal di wilayah barat kota Mekah, menyatakan diri masuk
Islam di hadapan Rasulullah SAW. Keislamannya itu diikuti oleh bapak, istri, keluarganya, serta kaumnya.
(c) Dakwah
Rasulullah SAW terhadap penduduk Yatsrib (Madinah), yang datang ke
Mekah untuk berziarah nampak berhasil. Berkat cahaya hidayah Allah SWT,
para penduduk Yatsrib, secara bergelombang telah masuk Islam di hadapan
Rasulullah SAW. Gelombang pertama tahun 620 M, telah masuk Islam dari
suku Aus dan Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang kedua tahun 621 M,
sebanyak 13 orang dan pada gelombang ketiga tahun berikutnya lebih
banyak lagi.
Pada
gelombang ketiga ini telah datang ke Mekah untuk berziarah dan menemui
Rasulullah SAW, umat Islam penduduk Yatsrib yang jumlahnya mencapai 73
orang di antaranya 2 orang wanita. Waktu itu ikut pula berziarah ke
Mekah, orang-orang Yatsrib yang belum masuk Islam. Di antaranya Abu
Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum Salamah, yang kemudian menyatakan
diri masuk Islam di hadapan Rasulullah SAW.
Pertemuan
umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang ketiga ini,
terjadi pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan Bai’atul Aqabah. Isi Bai’atul Aqabah tersebut merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan melindungi dan membela Rasulullah SAW. Walaupun
untuk itu mereka harus mengorbankan tenaga, harta, bahkan jiwa. Selain
itu, mereka memohon kepada Rasulullah SAW dan para pengikutnya agar
berhijrah ke Yatsrib.
Setelah terjadinya peristiwa Bai’atul Aqabah itu,
kemudian Rasulullah SAW menyuruh para sahabatnya yakni orang-orang
Islam yang bertempat tinggal di Mekah, untuk segera berhijrah ke
Yatsrib. Para sahabat Nabi SAW melaksanakan suruhan Rasulullah SAW
tersebut. Mereka berhijrah ke Yatsrib secara diam-diam dan sedikit demi
sedikit, sehingga dalam waktu dua bulan sebanyak 150 orang umat Islam
penduduk Mekah telah berhijrah ke Yatsrib.
Sedangkan
Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a., dan Ali bin Abu Thalib
masih tetap tinggal di Mekah, menunggu perintah dari Allah SWT untuk
berhijrah. Setelah datang perintah dari Allah SWT, kemudian Rasulullah
SAW berhijrah bersama Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a., meninggalkan kota
Mekah tempat kelahirannya menuju Yatsrib. Peristiwa hijrah Rasulullah
SAW ini terjadi pada awal bulan Rabiul Awal tahun pertama hijrh (622 M).
Sedangkan Ali bin Abu Thalib, tidak ikut berhijrah bersama Rasulullah
SAW, karena beliau disuruh Rasulullah SAW untuk mengembalikan
barang-barang orang lain yang dititipkan kepadanya. Setelah perintah
Rasulullah SAW itu dilaksanakan, kemudian Ali bin Abu Thalib menvusul
Rasulullah SAW berhijrah ke Yatsrib.
2. Hikmah strategi dakwah Rasulullah Saw periode Mekah
Hikmah yang dapat diambil dari sejarah dakwah Rasulullah saw periode Mekah, antara lain sebagai berikut :
a. Menyadari
bahwa melalui sifat sabar, ulet, lemah lembut dan tidak merusak dalam
menjalankan amar ma’ruf nahi munkar pasti akan mendapatkan pertolongan
Allah SWT
b. Menyadari dan memahami bahwa seorang rasul hanyalah bertugas menyampaikan risalah dari Allah SWT. Seorang rasul tidak bisa memberi petunjuk (hidayah) bahkan kepada keluarga dan orang yang dicintai sekalipun. ( QS. 28 : 56 )
c. Memahami bahwa Allah SWT pasti
akan menguji seseorang yang akan terpilih menjadi utusan atau
rasul-Nya. Oleh karena itu sangat wajar bila sesorang ingin menjadi
pemimpin atau menduduki jabatan tertentu terlebih dahulu harus diuji.
d. Dapat
mengambil contoh cara-cara berdakwah yang dilakukan nabi saw, yaitu
sangat bijaksana, pandai menggunakan kesempatan yang berharga, dapat
menarik perhatian orang tanpa menimbulkan kebosanan. Seperti yang
digambarkan dalam Surat an-Nahl : 125 sebagai berikut :
اُدْعُ
إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ
وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن
ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ ﴿١٢٥﴾
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah danpengajaran yang baik, dan
berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu,
Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah
yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk” (QS. An Nahl : 125)
e. Dapat meneladani Nabi SAW sebagai uswatun khasanah, artinya sikap dan amal perbuatan beliau sehari-hari adalah teladan yang baik, terutama terhadap ajaran Islam yang didakwahkannya, Firman Allah SWT :
لَقَدْ
كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو
اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً ﴿٢١﴾
Artinya : “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat
Allah” (QS. Al-Ahzab : 21 )
3. Meneladani dakwah Rasulullah SAW periode Mekah dalam penerapan di era modern.
Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut :
a. Memahami
perjuangan nabi Muhammad SAW dan meneladaninya serta ikut serta
mendakwahkan Islam sebagai tatanan kehidupan menusia agar mencapai
tujuan hidupnya, selamat dan sejahtera di dunia akhirat.
b. Melaksanakan
ajaran Islam, yakni menjalankan rukun Islam dan melestarikannya dalam
kehidupan sehari-hari dilingkungannya masing-masing dengan tidak memaksa
orang lain ataui menghina peribadatan/nama tuhan agama lain.
c. Melaksanakan
dan melestarikan sunnah Rasulullah SAW yang tidak bertentangan dengan
Al Qur’an, sesuai dengan kemampuan masing-masing.
d. Konsisten dan komitmen men-Tuhankan Allah SWT,
Tuhan yang Maha Esa dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.
Menyekutukan-Nya adalah dosa besar yang tidak terampuni ( QS. An Nisa :
116 )
إِنَّ
اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن
يَشَاءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيداً ﴿١١٦﴾
Artinya: “Sesungguhnya
Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan
Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka
Sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya”.
e. Senantiasa jihad di jalan Allah SWT, sebagaiman firmanNya :
فَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَجَاهِدْهُم بِهِ جِهَاداً كَبِيراً ﴿٥٢﴾
Artinya : ”Maka janganlah engkau taati orang-orang kafir, dan berjuanglah terhadap mereka dengannya (Al-Qur’an) dengan (semangat) perjuangan yang besar” (QS. Al Furqan : 52)
KEMULIAAN NABI MUHAMMAD SAW :
Kisah
ini menceritakan tentang seorang wanita tua yang sangat membenci
Rasulullah SAW dan bahkan wanita ini sering kali menghina Rasulullah
SAW. Suatu
hari wanita tua tersebut sedang berdiri di depan rumahnya. Rupanya
wanita tua itu sedang menunggu Rasulullah SAW, karena dia tahu kalau
Rasulullah SAW selalu melewati depan rumahnya ketika akan melakukan
ibadah di Masjidil Haram. Tidak lama kemudian tampak Rasulullah SAW
sedang berjalan dan wanita tua itu bersiap ingin melakukan sesuatu
terhadap beliau. Ketika Rasulullah SAW sampai di depan rumahnya, wanita
tua itu langsung meludahkan air liurnya dengan penuh kebencian yang
mendalam : “cuih…cuih…cuih..”.
Peristiwa
ini selalu berulangkali terjadi setiap Rasulullah SAW melewati depan
rumah wanita tua itu dan bahkan hampir setiap hari wanita itu
melakukannya. Suatu saat seperti biasanya Rasulullah SAW pergi untuk
beribadah di Masjidil Haram dan seperti biasanya pula Rasulullah SAW
selalu melewati depan rumah wanita tua itu. Akan tetapi ketika
Rasulullah SAW tiba di depan rumah wanita tua itu, beliau tidak
melihatnya seperti biasa, sehingga beliau hari ini tidak meludahi
Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah SAW berhenti sejenak sambil
melihat-lihat dan ternyata wanita itu memang tidak ada di depan
rumahnya. Rasulullah SAW pun menjadi kangen akan air ludah siwanita tua
tersebut dan karena penasaran, beliau lalu bertanya kepada seseorang
yang merupakan tetangga sebelah wanita itu.
“Wahai
Fulan, tahukah engkau dimanakah wanita pemilik rumah ini, yang setiap
kali aku lewat selalu meludahiku? ”, kata Rasulullah SAW. Orang yang
ditanya itu heran, mengapa Rasulullah SAW menanyakan wanita yang sering
meludahi beliau. Namun akhirnya orang itu tidak ambil peduli dan
langsung menjawab pertanyaan Rasulullah SAW : “ Wahai Muhammad…Apakah
engkau tidak mengetahui, bahwa si wanita yang engkau tanyakan dan yang
biasa melidahimu, sudah beberapa hari ini dia sedang terbaring sakit ?
”. Mendengar jawaban dari orang itu Rasulullah SAW mengangguk-angguk,
kemudian beliau melanjutkan perjalanannya untuk melaksanakan ibadah di
depan Ka’bah. Setelah sekembalinya dari ibadah, Rasulullah SAW
menyempatkan diri untuk mampir dan menjenguk wanita si peludah itu yang
dalam keadaan sakit. Wanita tua itu kaget dan ada perasaan takut dalam
dirinya ketika dia mengetahui, bahwa Rasulullah SAW orang yang setiap
hari dia ludahi, justru malah menjenguk dirinya. Wanita tua itu menangis
dalam hati : “Duhai betapa luhur budinya manusia ini. Meskipun setiap
hari aku ludahi, justru dialah orang pertama yang menjenguk aku ”
Dengan
perasaan haru dan menitikan air mata, wanita tersebut bertanya : “
Wahai Muhammad, mengapa engkau menjengukku, padahal tiap hari aku
meludahimu?”.
Rasulullah
SAW menjawab : “ Aku yakin, engkau meludahiku karena engkau belum
mengetahui tentang kebenaranku. Jika engkau mengetahuinya, aku yakin
engkau tidak akan lagi melakukannya”. Mendengar
ucapan yang sangat bijak dari manusia mulia utusan Allah SWT ini,
wanita itu langsung menangis dan berkata : “ Wahai Muhammad, mulai saat
ini aku bersaksi untuk mengikuti agamamu “. Kemudian wanita itu
mengucapkan dua kalimat syahadat.
RANGKUMAN :
Bagian terpenting yang menjadi fokus dakwah Rasulullah SAW periode Mekah dapat dilihat antara lain sebagai berikut.
1. Memperbaiki akhlak masyarakat Mekah yang mengalami dekadensi moral, seperti tumbuh suburnya kebiasaan berjudi, minum Khamer, dan berzina.
2. Memperbaiki dan meluruskan cara menyembah Tuhan. Agama
berhala menyembah patung-patung. Rasulullah SAW mengajak untuk beralih
pada Islam yang hanya menyembah kepada Allah, Tuhan yang Maha Esa serta
menjauhi sikap musyrik.
3. Menegakkan ajaran Islam tentang persamaan hak dan derajat di antara manusia.
4. Mengubah
kebiasaan bertaklid kepada nenek moyang dan meluruskan segala adat-
istiadat, kepercayaan dan upacara-upacara keagamaan.
5. Nabi Muhammad SAW berdakwah dengan sabar, ikhlas, dan tegas di antaranya dengan tidak memaksakan kehendak dan lemah lembut.
6. Kebiasaan masyarakat jahiliyah sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW
sebagai rasul ialah terjadinya penyimpangan dalam semua bidang
kehidupan, baik yang berhubungan secara vertikal dengan sang pencipta
maupun hubungan secara horizontal yang menyangkut hubungan kehidupan
sesama manusia.
7. Substansi ajaran Islam periode Mekah, yang harus didakwahkan Rasulullah SAW di awal kenabiannya adalah sebagai berikut :
Ø Keesaan Allah SWT
Ø Hari Kiamat sebagai hari pembalasan
Ø Kesucian jiwa
Ø Persaudaraan dan Persatuan
8. Strategi dakwah Rasululloh SAW periode Mekah :
Ø Secara diam-diam
Ø Secara terang terangan
0 komentar:
Posting Komentar